Responsive Ads Here

Kamis, 23 November 2017

CONTOH SKRIPSI ANALISIS FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

Dalam proses go public, sebelum diperdagang-kan di pasar sekunder, saham terlebih dahulu dijual dipasar primer atau sering disebut pasar perdana. Penawaran saham secara perdana ke publik melalui pasar perdana ini dikenal dengan istilah Initial Public Offering(IPO). Harga saham pada pasar perdana ditentukan oleh kesepakatan antara emiten (perusahaan penerbit) dengan underwriter (penjamin emisi), sedangkan harga saham pada pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu per-mintaan dan penawaran. Menurut Boubaker and Mezhoud (2011), penetapan harga saham perdana suatu perusahaan adalah hal yang tidak mudah. 
 
Salah satu penyebab sulitnya menetap-kan harga penawaran perdana adalah karena tidak adanya informasi harga yang relevan. Hal ini terjadi karena sebelum pelaksanaan penawaran perdana, saham perusahaan belum pernah diperdagangkan sehingga kesulitan untuk menilai dan menentukan harga yang wajar. Informasi harga yang tidak relevan ini dapat terjadi antara emiten dan penjamin emisi, maupun   antar   investor.   Untuk   mengurangi adanya   informasi   asimetri   maka   perusahaan yang  akan go  public menerbitkan  prospektus yang berisi berbagai informasi perusahaan yang bersangkutan.    
 
Prospektus memuat    rincian informasi    serta    fakta material    mengenai penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan   maupun   non   keuangan.   Informasi yang   diungkapkan   dalam   prospektus   akan membantu  investor  untuk  membuat  keputusan yang  rasional  mengenai  resiko  dan  nilai  saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten.Permasalahan   penting   yang   dihadapi perusahaan     ketika     melakukan     penawaran saham  perdana  di  pasar  modal  adalah  penu-tupan  besarnya  harga  penawaran  perdana.  Jika penentuan  harga  saham  saat  IPO  secara  signi-fikan  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  harga yang  terjadi  di  pasar  sekunder  di  hari  pertama maka  akan  terjadi underpricing.  Pihak  emiten tentu  menginginkan  harga  jual  tinggi  karena dengan  harga  jual  tinggi  penerimaan  dari  hasil penawaran  (proceeds)  akan  tinggi  pula,  emiten ingin  meningkatkan  kekayaan pemilik  maupun perusahaan,  tambahan  modal,  perbaikan  struk-tur modal  serta  dapat  mengurangi  biaya  modal dalam  perusahaan.  Sudut  pandang  lain,  harga yang tinggi  akan  mempengaruhi  respon  atau minat   calon   investor   untuk   membeli   atau memesan saham  yang  ditawarkan.  Bila  harga terlalu  tinggi  dan  minat  investor  rendah  maka akanmembuat saham yang ditawarkan menjadi kurang   menarik (Puspaningsih   dan Mujib, 2011).
 
Investor menanamkan dananya di pasar perdana   bertujuan   untuk   memperoleh initial return yang diperoleh  dari  selisish  lebih  antara harga di pasar sekunder dengan harga perdana-nya.  Adanya initial  retur ini  mengindikasikan bahwa terjadi underpricing saham di pasar per-dana  ketika  masuk  ke  pasar  sekunder  (Allen and Faulhaber,  1989).  Fenomena underpricingti daklah menguntungkan  bagi  emiten,  karena dana  yang  diperoleh  emiten  tidak  maksimal sebab   emiten   tidak   memperoleh   dana   yang lebih besar yang mungkin bisa didapatkan oleh emiten  untuk  mendanai  ekspansinya.  Sehingga harapan tentang besarnya dana yang diinginkan emiten   melalui  IPO   tidak   terpenuhi   secara maksimal  karena  fenomena underpricing  yang terjadi.  Tetapi  di  lain  pihak  menguntungkan para  investor  karena  investor  bisa  menikmati  
Link Download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar